Rumia S

No Reg 5215101621
email: rumia_siburian@yahoo.com

diterbitkan tanggal 15 April 2011
sebagai tugas Bahasa Indonesia ke-1


Tugas Bahasa Indonesia
Tugas               :Perbaikan tata bahasa pada skripsi
Judul Skripsi   :PEMBUATAN KODE MORSE IDENTIFIKASI DENGAN IC PADA PEMANCAR NDB:SUATU STUDI DI PENDIDIKAN DAN LATIHAN PENERBANGAN,                                                                                                      CURUG TAHUN 1991
Pengarang       :I KETUT NGURAH AMBARA
Kalimat 1
Kata Pengantar; halaman  iv
“Akhirnya, penulis mengharapkan mudah-mudahan karya ilmiah ini dapat berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan pada masa yang akan datang.”
Kesalahan:
1.      Kata akhirnya seharusnya tidak dipakai agar menjadi kalimat efektif
2.      Kata mudah-mudahan adalah kalimat yang tidak baku seharusnya kata semoga
3.      Kata mengharapkan akan lebih tepat jika menggunakan kata berharap
Ralat:
Penulis berharap semoga karya tulis ini dapat berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan pada masa yang akan datang.
  
Kalimat 2
Bab1 Pendahuluan; halaman 1
“Sebagai contoh dari pengaruh ini adalah peralatan navigasi udara yang semula memakai sistem elektro makanik kini sebagian besar dirubah dengan sistem digital.”
Kesalahan:
1.      Tidak perlu menggunakan kata sebagai diawal kalimat
2.      Kata dirubah seharusnya diubah
Ralat:
Contoh dari pengaruh ini adalah peralatan navigasi udara yang semula memakai sistem elektro makanik kini sebagian besar diubah dengan sistem digital.
 
Kalimat 3
Bab 1 Pendahuluan; halaman 2
“Menurut peraturan penerbangan sipil internasional (ICAO) yang tertuang pada Annex 10, menyatakan bahwa pembangkit frekuensi pancar pada NDB berkisar antara 19 kilo Hertz sampai dengan 750 kilo Hertz dan tiap NDB diberikan identifikasi dengan dua sampai tiga huruf kode morse.”
Kesalahan:
Tidak perlu menggunakan kata-kata menyatakan bahwa. Hal ini membuat kalimat tidak efektif sebab di awal kalimat sudah ditulis kata menurut.
Ralat:
Menurut peraturan penerbangan sipil internasional (ICAO) yang tertuang pada Annex 10, pembangkit frekuensi pancar pada NDB berkisar antara 19 kilo Hertz sampai dengan 750 kilo Hertz dan tiap NDB diberikan identifikasi dengan dua sampai tiga huruf kode morse.

Kalimat 4
Bab1Pendahuluan; halaman 3
“Salah satu type NDB yang ada pada Pendidikan dan Latihan Penerbangan, Pendidikan Teknik Telekomunikasi dan Navigasi Udara adalah NDB type G 40 B yang dibuat oleh pabrik Redifon Inggris pada tahun 1955.”
Kesalahan:
1.      Kata type adalah bahasa Inggris seharusnya menjadi tipe
2.      Sebelum kata “dan” yang ada diantara kata telekomunikasi dan navigasi harus diberi tanda koma (,) jika terdapat lebih dari 2 penjabaran.
Ralat:
Salah satu tipe NDB yang ada pada Pendidikan dan Latihan Penerbangan, Pendidikan Teknik Telekomunikasi, dan Navigasi Udara adalah NDB tipe G 40 B yang dibuat oleh pabrik Redifon Inggris pada tahun 1955.

Kalimat 5
Bab 1 pendahuluan; halaman 3
“Untuk mengatasi kelemahan di atas, penulis mencoba merancang rangkaian elektronika digital yang mengeluarkan kode morse, sebagai identifikasi pemancar NDB.”
Kesalahan:
Sebelum kata sebagai tidak perlu menggunakan tanda baca koma (,)
Ralat:
Untuk mengatasi kelemahan di atas, penulis mencoba merancang rangkaian elektronika digital yang mengeluarkan kode morse sebagai identifikasi pemancar NDB.

Kalimat 6
Bab 1Pendahuluan; halaman 6
“Untuk memperbaiki kerusakan karena gerigi rompal adalah dengan jalan mengganti dengan suku cadang gerigi yang baik, kesulitannya mendapatkan suku cadang tersebut harus memesan ke pabriknya langsung dari luar negeri.”
Kesalahan:
1.      Setelah kata rompal seharusnya diberi tanda baca koma(,) karena jika tidak diberi tanda tersebut akan menyebabkan pengertian lain
2.      Tidak perlu menggunakan kata jalan dan kata dengan. Hal ini menyebabkan kalimat menjadi tidak efektif
3.      Sebelum kata kesulitannya seharusnya diberi kata tetapi karena dalam kalimat ini menjelaskan suatu pertentangan
4.      Kata kesulitannya seharusnya diganti dengan untuk
5.      Kata mendapatkan diganti dengan mendapatkannya sebagai kata ganti dari suku cadang
Ralat:        
Untuk memperbaiki kerusakan karena gerigi rompal, adalah dengan mengganti suku cadang gerigi yang baik tetapi untuk  mendapatkannya, harus memesan ke pabriknya langsung dari luar negeri.

Kalimat 7
Bab 1 Pendahuluan; halaman 6
“Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah tersebut di atas, dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana membuat rangkaian kode morse identifikasi dengan mempergunakan elektronika digital sesuai standar yang ditentukan ICAO, sehingga dapat sebagai pengganti rangkaian pembuatan kode morse identifikasi dengan mempergunakan elektro mekanik pada NDB G 40 B.”
Kesalahan:
1.      Salah satu kata saja yang digunakan. Kata tersebut atau di atas
2.      Kata sebagai pengganti seharusnya diganti dengan kata mengganti
3.      Sebelum kata sehingga seharusnya tidak perlu menggunakan tanda baca koma (,)
Ralat:
Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana membuat rangkaian kode morse identifikasi dengan mempergunakan elektronika digital sesuai standar yang ditentukan ICAO sehingga dapat mengganti rangkaian pembuatan kode morse identifikasi dengan mempergunakan elektro mekanik pada NDB G 40 B.

Kalimat 8
Bab 2 ISI; halaman 11
“Untuk mendapatkan pulsa segi empat (pulsa clock)  banyak cara yang dapat digunakan, diantaranya dengan menggunakan transistor, dengan menggunakan rangkaian logika dan dapat juga menggunakan rangkaian terpadu (IC) yang khusus dirancang untuk keperluan ini.”
Kesalahan:
1.      Setelah kata-kata pulsa clock seharusnya diberi tanda baca koma (,)
2.      Setelah kata logika seharusnya diberi tanda baca koma (,)
3.      Setelah kata digunakan seharusnya diberi tanda baca titik (.)
4.      Tidak perlu mengulang penggunaan kata-kata dengan menggunakan
Ralat:
Untuk mendapatkan pulsa segi empat (pulsa clock), banyak cara yang dapat digunakan. Diantaranya dengan menggunakan transistor, rangkaian logika, dan dapat juga menggunakan rangkaian terpadu (IC) yang khusus dirancang untuk keperluan ini.

Kalimat 9
Bab 2 ISI; halaman 12
“Pada pembahasan karya ilmiah ini, sebagai pembangkit pulsa clock digunakan IC 555.”
Kesalahan:
Tidak perlu menggunakan kata sebagai
Ralat:
Pada pembahasan karya ilmiah ini, pembangkit pulsa clock menggunakan IC 555.

Kalimat 10
Bab 2 ISI; halaman 17
“Dengan menambahkan beberapa komponen luar seperti diperlihatkan pada gambar 10 akan didapatkan penundaan waktu daya hidup.”
Kesalahan:
Setelah angka 10 seharusnya diberi tanda baca koma (,)
Ralat:
Dengan menambahkan beberapa komponen luar seperti diperlihatkan pada gambar 10, akan didapatkan penundaan waktu daya hidup.

Kalimat 11
Bab 2 ISI; halaman 18
“Selama waktu A s/d B keluaran IC berada  pada tingkat sebelumnya, yaitu tinggi.”
Kesalahan:
1.      Kata sampai dengan tidak boleh disingkat
2.      Setelah huruf B seharusnya diberi tanda baca koma (,)
Ralat:
Selama waktu A sampai dengan B, keluaran IC berada  pada tingkat sebelumnya, yaitu tinggi.

Kalimat 12
Bab 2 Isi; hal 27
“Pada pencacah terdapat satu saluran pulsa yang akan dihitung dan dengan mengamati keluaran flip-flop akan dapat ditentukan berapa banyak pulsa yang akan dimasukkan.”
Kesalahan:
1.      Setelah kata pencacah seharusnya diberi tanda baca koma (,)
2.      Tidak perlu menggunakan kata akan setelah flip-flop.
Ralat:
Pada pencacah, terdapat satu saluran pulsa yang akan dihitung dan dengan mengamati keluaran flip-flop dapat ditentukan berapa banyak pulsa yang akan dimasukkan.

Kalimat 13
Bab 3 Pembuatan Alat; halaman 33
“Dengan merubah-rubah harga resistor trimpot R2 maka dapat diatur besar frekuensi kurang lebih 4 Hz yang akan menentukan kecepatan kode morse yang dihasilkan.”
Kesalahan:
1.      Kata merubah seharusnya mengubah
2.      Setelah R2 harus diberi tanda koma (,)
Ralat:
Dengan mengubah-ubah harga resistor trimpot R2, maka dapat diatur besar frekuensi kurang lebih 4 Hz yang akan menentukan kecepatan kode morse yang dihasilkan.

Kalimat 14
Bab 2 ISI; halaman 31
“Type transistor yang dipergunakan adalah 2N3643, sedangkan diode penyearah dipergunakan type IN4149.”
Kesalahan:
1.      Type seharusnya tipe
2.      Diode seharusnya dioda
3.      Kata dipergunakan seharusnya menggunakan
4.      Sebelum kata sedangkan seharusnya tidak perlu menggunakan tanda koma (,)
Ralat:
Tipe transistor yang dipergunakan adalah 2N3643sedangkan dioda penyearah menggunakan tipe IN4149.

Kalimat 15
Bab 3 Pembuatan Alat; halaman 48
“Jika LED dipasang, transistor 2 N 3634 tidak conduct dan sebaliknya jika tidak dipasang LED transistor 2 N 3634 akan conduct.”
Kesalahan:
Pasangan kata jika adalah maka. Jadi seharusnya setelah kata dipasang bukan tanda baca koma (,) melainkan kata maka.
Ralat:
Jika LED dipasang maka transistor 2 N 3634 tidak conduct dan sebaliknya jika tidak dipasang , maka LED transistor 2 N 3634 akan conduct.

Kalimat 16
Bab 3 Pembuatan Alat; halaman 49
“Saat pengamatan pelaksanaan percobaan ditemukan regulator catu daya LM 7805 bersuhu panas sehingga diperlukan alat pendingin atau pemindah panas yaitu lempengan aluminium.”
Kesalahan:
1.      Setelah kata percobaan seharusnya diberi tanda baca koma(,)
2.      Sebelum kata sehingga tidak perlu menggunakan tanda baca (,)
Ralat:
Saat pengamatan pelaksanaan percobaan ditemukan regulator catu daya LM 7805 bersuhu panas sehingga diperlukan alat pendingin atau pemindah panas yaitu lempengan aluminium.

Tugas Bahasa Indonesia ke-2
Membuat Jurnal Skripsi



PENGUASAAN TEORITIK DASAR ELEKTRONIKA MELALUI HASIL PRAKTIK PADA MATA PELAJARAN TEORI DASAR ELEKTRONIKA DI SMKN 39 JAKARTA

Budjari
Dosen Universitas Negeri Jakarta Program Studi Pendidikan Teknik Elektronika
Putri Debby Pratiwi
Alumni Angkatan 2010 Universitas Negeri Jakarta Program Studi Pendidikan Teknik Elektronika

Tujuan penelitian ini adalah peningkatan kualitas pembelajaran dengan mencapai hasil pembelajaran yang optimal guna memperbaiki dan meningkatkan mutu proses belajar. Hal ini didasarkan dari permasalahan apakah penguasaan teori siswa tentang dasar elektronika dapat meningkat berdasarkan berbagai pendekatan praktik. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk mendapatkan data dan analisisnya melalui kajian-kajian reflektif, partisipatif, dan kolaboratif.

Kata kunci: dasar elektronika, pendekatan praktik, dan peningkatan kualitas pembelajaran




Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan suatu lembaga pendidikan yang bertanggung jawab dalam mencetak sumber daya manusia yang memiliki kemampuan akademis sekaligus keahlian khusus. Dengan menguasai teori dan praktik, setiap lulusan SMK diharapkan mampu bersaing didunia industri.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang ada di Indonesia khususnya di Jakarta yaitu SMKN 39 Jakarta Pusat adalah salah satu lembaga pendidikan formal yang banyak mencetak tenaga kerja dan telah menerapkan program pemerintah dalam meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Secara khusus pemerintah telah merancang struktur  kurikulum tersebut menjadi tiga komponen yang bersifat :
Normatif; berperan dalam pembentukan watak manusia Indonesia.
Adaptif ; berperan dalam penanaman dasar dan pengembangan kemampuan profesi.
Produktif ; berperan dalam pembekalan ketrampilan produktif sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.

Lembaga pendidikan ini senantiasa berusaha meningkatkan mutu lulusannya agar dapat memiliki kesiapan dan kemampuan untuk memasuki dunia kerja dengan membekali siswa seperangkat kemampuan yang harus dipelajari dan dikuasai siswa sesuai dengan tuntutan lapangan kerja. Kesiapan sarana dan prasarana sekolah dalam proses pembelajaran sangatlah penting guna mendapatkan hasil yang maksimal. Realitas yang ada selama ini di tingkat Sekolah Menengah Kejuruan khususnya SMKN 39 Jakarta mempunyai sarana dan prasarana yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran siswa seperti laboratorium fisika, laboratorium kimia, dan laboratorium komputer,  tempat dan alat praktek kerja siswa (bengkel) Audio Video, Bengkel Elektronika Industri, dan Bengkel Mekanik Otomotif, serta media pembelajarannya seperti laptop dan proyektor (LCD) tetapi hal ini tidak diimbangi dengan tindak perawatan yang maksimal sehingga banyak peralatan praktik tidak dapat berfungsi dengan baik.

Keterampilan praktik elektronika merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang melalui proses belajar yang melibatkan kemampuan kognitif dan sikap yang diekspresikan dalam kegiatan praktek elektronika dengan fasilitas dan peralatan yang tersedia.

Dengan demikian untuk mencapai kemampuan praktek elektronika melibatkan koordinasi antara kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor dengan kondisi fisik lingkungan kerja secara interaktif. Menguasai Teori Dasar Elektonika adalah suatu mata diklat produktif pada bidang keahlian Elektronika Industri untuk siswa kelas satu (I). Didalam praktik program diklat tersebut menggunakan lembar kerja (Job Sheet) sebagai salah satu media pembelajaran. Penggunaan Job Sheet bertujuan agar siswa dapat melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan dalam praktik secara mandiri tanpa ketergantungan pada guru.

Berdasarkan pengamatan peneliti ketika melaksanakan Program Pengalaman Lapangan, diketahui bahwa karakteristik siswa SMK lebih menyukai praktik dibandingkan dengan teori. Tidak semua teori dapat dipraktikkan karena terbentur berbagai alasan seperti keterbatasan waktu dan sarana prasarana disekolah, oleh karena itu dituntut kepiawaian guru dalam mengembangkan metode pengajaran terutama dalam praktikum.

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, peneliti bermaksud untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dalam penguasaan teoritik dasar elektronika melalui hasil praktik sehingga dalam kesempatan sekali praktik bisa mengembangkan teori seputar materi yang terkait. Guru memberikan dua Job Sheet setiap praktik berlangsung, Job Sheet yang pertama dibuat untuk pengamatan manual dan Job Sheet kedua dibuat untuk pengamatan menggunakan alat ukur.

Hal ini disebabkan karena fasilitas praktik yang kurang, dalam hal ini penggunaan alat ukur AVOmeter, sehingga bisa digunakan secara bergantian. Didalam Job Sheet terdapat teori singkat, langkah kerja, pengisian tabel dan pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa untuk mengembangkan kemampuan teori siswa. 

Penggunaan Job Sheet dalam praktik umumnya menuntut kemandirian siswa dalam melaksanakan instruksi-instruksi yang tercantum didalamnya. Keberhasilan siswa melaksanakan praktik tergantung keterampilan dan pengetahuannya tentang apa yang dikerjakan. 


Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan indikator dari keberhasilan pencapaian tujuan pengajaran yang ditetapkan dalam sistem pendidikan nasional. Pengungkapan hasil belajar idealnya melalui segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat dari pengalaman dan proses belajar mengajar. Agar hasil belajar dapat optimal, maka kegiatan pembelajaran harus direncanakan oleh guru dengan baik dan benar sehingga proses belajar dapat berjalan sesuai rencana dan tujuan yang telah ditetapkan.

Tipe hasil belajar yang diharapkan dalam proses pembelajaran di kelas penting untuk diketahui guru, agar guru pada tahap selanjutnya dapat mendesain pembelajaran secara tepat dan penuh makna. Penilaian hasil belajar merupakan alat untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa.

Menurut Yulaelawati yang mengutip dari pernyataan Bloom mengatakan bahwa hasil belajar sebagai tujuan pendidikan yang hendak dicapai dapat diklasifikasikan menjadi tiga bidang yaitu:
a) Kognitif, tujuannya yaitu memperoleh pengetahuan fakta atau ingatan, pemahaman, aplikasi dan kemampuan berpikir analisis, sintesis dan evaluasi,
b)Afektif, tujuannya yaitu memperoleh sikap, apresiasi dan karakterisasi,
c) Psikomotor, tujuannya yaitu keterampilan fisik yang berkaitan dengan keterampilan gerak maupun ekspresi verbal maupun non verbal. Belajar keterampilan adalah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik yakni berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot neuromuscular.

Ketiga ranah Bloom tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, bahkan membentuk tujuan hierarki. Sebagai tujuan yang akan dicapai melalui proses pembelajaran, ketiganya harus nampak sebagai hasil belajar siswa di sekolah, baik dalam perubahan perilaku, perkembangan intelektual serta dalam bersikap mempertahankan nilai-nilai. Sesuai dengan pelaksanaan KTSP bahwa penilaian harus terfokus pada pencapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) bukan hanya pada penguasaan materi (pengetahuan).

Berdasarkan teori yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan sebuah perilaku berupa pengetahuan, keterampilan, sikap, informasi, dan strategi kognitif yang baru dan diperoleh siswa setelah berinteraksi dengan lingkungan dalam suatu suasana atau kondisi pembelajaran.


Proses Belajar

Sebelum guru mengajar, sadar atau tidak sadar guru berkata dalam hatinya ”Apakah manfaatnya bagi siswa setelah mempelajari materi ini?” mulai dari pekerjaan siswa di kelas secara berkelompok maupun tugas personal yang diberikan untuk dikerjakan di rumah, segala pekerjaan harus menjanjikan manfaat bagi diri siswa atau siswa tidak akan memiliki motivasi untuk belajar.
Hasil belajar siswa di sekolah dapat dirumuskan sebagai berikut:
HB = AB
Di mana
HB = Hasil Belajar Siswa
A = Apa yang diperoleh siswa
B = Apa yang dilupakan siswa
Jadi HB itu akan tinggi jika A tinggi dan B rendah, dan inilah tugas guru untuk mengelola pembelajarannya. Kebanyakan kita hanya menganggap bahwa A itu adalah materi yang diberikan guru kepada murid, padahal itu dapat diperoleh siswa dari berbagai sumber. Misalnya lewat perpustakaan, penugasan, praktikum di sekolah, internet, dan berbagai sumber yang dikelolah guru, guru harus menjadi inspirasi muridnya untuk giat mencari ilmu dari berbagai sumber, bukan mendiktekan materi ajar yang mungkin sudah ketinggalan dan tidak menarik lagi.

Di sisi lain guru kalau mungkin menghilangkan sama sekali B, yang muncul dari penolakan murid terhadap proses pembelajaran yang diberikan. B ini mungkin muncul dari sikap guru maupun cara mengajar yang salah. Banyak guru yang mengeluh bahwa mereka sudah mengajar semua materi, tetapi hasil ujiannya sangat mengecewakan. Hal ini mungkin B tinggi, dan guru perlu meneliti serta memperbaiki agar HB siswa meningkat. Hubungan A dan B akan saling berkaitan, jika A tinggi maka biasanya B rendah, atau sebaliknya.

Dalam buku Quantum Learning motivasi yang siswa  peroleh dari latihan mental di sebut ”AMBAK” yang merupakan singkatan ”Apa Manfaatnya Bagiku?”. Hubungan siswa  dan guru cenderung menjadi hubungan emosional, dan guru dijadikan panutan dalam segala hal (baik dan buruk). Jika ada sedikit saja penolakan dari murid terhadap perilaku guru, maka hasil belajar pun menurun. Akibatnya, guru harus merancang pembelajarannya, sehingga terjadi interaksi positif antara guru dan murid.


Teori Belajar Konstruktivisme

Sebagaimana telah dikemukakan bahwa menurut teori belajar konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya, bahwa siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya.

Dengan kata lain, siswa tidak diharapkan sebagai botol-botol kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru.

Tasker (1992) mengemukakan tiga penekanan dalam teori belajar konstruktivisme sebagai berikut. Pertama adalah peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna. Kedua adalah pentingya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna. Ketiga adalah mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima.


Belajar Tuntas Belajar

Belajar tuntas (mastery learning) adalah filosofi pembelajaran yang berdasar pada anggapan bahwa semua siswa dapat belajar bila diberi waktu yang cukup dan kesempatan belajar yang memadai. Selain itu, dipercayai bahwa siswa dapat mencapai penguasaan akan suatu materi bila standar kurikulum dirumuskan dan dinyatakan dengan jelas, penilaian mengukur dengan tepat kemajuan siswa dalam suatu materi, dan pembelajaran berlangsung sesuai dengan kurikulum. Dalam metoda belajar tuntas, siswa tidak berpindah ke tujuan belajar selanjutnya bila ia belum menunjukkan kecakapan dalam materi sebelumnya. Belajar tuntas berdasar pada beberapa premis, diantaranya:
Semua individu dapat belajar
Orang belajar dengan cara dan kecepatan yang berbeda
Dalam kondisi belajar yang memadai, dampak dari perbedaan individu hampir tidak ada
Kesalahan belajar yang tidak dikoreksi menjadi sumber utama kesulitan belajar.

Kurikulum belajar tuntas biasanya terdiri dari beberapa topik berbeda yang mulai dipelajari oleh para siswa secara bersamaan. Siswa yang tidak menyelesaikan suatu topik dengan memuaskan diberi pembelajaran tambahan sampai mereka berhasil. Siswa yang menguasai topik tersebut lebih cepat akan dilibatkan dalam kegiatan pengayaan sampai semua siswa dalam kelas tersebut bisa melanjutkan ke topik lainnya secara bersama-sama.

Pembelajaran tuntas (mastery learning) dalam proses pembelajaran berbasis kompetensi dimaksudkan adalah pendekatan dalam pembelajaran yang mempersyaratkan peserta didik menguasai secara tuntas seluruh standar kompetensi maupun kompetensi dasar mata pelajaran tertentu. Dalam pembelajaran konvensional, bakat (aptitude) peserta didik tersebar secara normal. Jika kepada mereka diberikan pembelajaran yang sama dalam jumlah pembelajaran dan waktu yang tersedia untuk belajar, maka hasil belajar yang dicapai akan tersebar secara normal pula. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa hubungan antara bakat dan tingkat penguasaan adalah tinggi.


Penilaian Autentik

Penilaian autentik adalah pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang di lakukan anak didik melalui berbagai teknik yang mampu membuktikan, menunjukan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran dan kemampuan (kompetensi) telah benar-benar di kuasai dan di capai. Penilaian autentik merupakan penggunaan berbagai strategi penalarannya yang akan merefleksikan hasil belajar sesungguhnya.
Penilaian autentik berfokus pada tujuan, melibatkan pembelajaran secara langsung, mengharuskan membangun keterkaitan dan kerjasama, dan menanamkan tingkat berpikir yang lebih tinggi. Pengujian standar (ujian nasional, ulangan umum) dan penilaian dalam bentuk angka bersifat ekslusif dan sempit, sementara penilaian autentik bersifat inklusif.
Karakteristik penilaian Autentik :
1.      Dilaksanakan  selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung
2.       Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif yang diukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta.
3.      Berkesinambungan
4.      Terintegrasi
5.      Dapat digunakan sebagai feed back

Penilaian autentik meningkatkan pembelajaran dalam banyak hal. Pengujian standar bersifat eksklusif dan sempit. Sementara penilaian autentik yang bersifat inklusif memberi keuntungan kepada siswa dengan memungkinkan mereka:
Mengungkapkan secara total seberapa baik pemahaman materi akademik mereka.
Mengungkapkan dan memperkuat penguasaan kompetensi mereka seperti mengumpulkan informasi, menggunakan sumber daya, menangani teknologi, dan berfikir secara sistematis.
Menghubungkan pembelajaran dengan pengalaman mereka sendiri, dunia mereka, dan masyarakat luas.
Mempertajam keahlian berfikir dalam tingkat yang lebih tinggi saat mereka menganalisis, memadukan, mengidentifikasi maslah, menciptakan solusi, dan menghubungkan sebab akibat.
Menerima tanggung jawab dan membuat pilihan.
Berhubungan dan bekerja sama dengan orang lain dalam mengerjakan tes.
Biasakan para siswa dengan rubrik tertentu, ajak para siswa untuk terus menerus melakukan penilaian diri saat mereka menilai kerja mereka sendiri.
Libatkan sekelompok orang selain guru untuk menanggapi penilaian ini. (Lewis & Shoemaker, 1998)


Kemampuan Penguasaan Teori Dasar Elektronika

Kemampuan penguasaan teori merupakan kemampuan seseorang dalam ranah kognitif. Menurut MC Ashan (1981, dalam Ma’sum, 1998) membagi menjadi enam peringkat, keenam peringkat tersebut berturut-turut dari yang paling sederhana sampai yang paling komplek adalah : (1) pengetahuan ; (2) komprehensi ; (3) aplikasi ; (4) analisis ; (5) sintesis ; (6) evaluasi. Selanjutnya keenam peringkat itu dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu : memory (pengetahuan) dan skills and abilities (komprehensi, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi). Memory termasuk kategori sederhana, sebab secara tradisional peringkat ini menjadi tujuan pendidikan yang paling umum, untuk mengingat atau memanggil sesuatu. Skills and abilities mengarah pada keterampilan dan kemampuan yang komplek, dimana tidak hanya memerlukan pengetahuan saja tetapi juga pengalaman dalam memecahkan masalah baru dalam situasi baru.

Kemampuan dalam menguasai teori tertentu akan mempengaruhi seseorang dalam beradaptasi dengan lingkungannya, termasuk kemampuan menyerap informasi atau gejala-gejala yang dihadapinya sehingga berpengaruh pula terhadap kemampuan dalam menangani pekerjaan, sebab setiap pekerjaan yang berbasis teknologi pada dasarnya memerlukan landasan teori yang baik dari dasar atau yang sudah khusus.


Keterampilan Praktik Elektronika

Keterampilan praktik adalah kemampuan dasar dalam kawasan psikomotor. Harrow dalam Mc Ashan (1981) secara operasional mendefinisikan istilah psikomotor untuk mengacu pada gerakan manusia yang dapat diamati atau disengaja. Lebih lanjut dikatakan bahwa gerakan sengaja yang termasuk dalam psikomotor terdiri dari lima peringkat yaitu : (1) gerakan dasar (basic fundamental movement); (2) kecakapan persepsi (perceptual abilities); (3) kecakapan fisik (physical abilities); (4) gerakan keterampilan (skilled movement); (5) hubungan berkomunikasi (Non-discursive communication).

Menurut Poerwodarminto (1985) praktek adalah cara untuk melakukan sesuatu yang terdapat dalam teori. Ini berarti bahwa praktik perwujudan dari suatu teori dalam bentuk nyata atau dapat juga dikatakan bahwa praktik adalah pelaksanaan suatu pekerjaan yang dilandasi suatu teori tertentu. Nolker dan Schoenfield (1983) mengatakan bahwa praktik adalah suatu kegiatan yang memberikan keanekaragaman peluang untuk melakukan penyelidikan dan percobaan keterampilan. Dengan demikian untuk mencapai kemampuan praktik dasar elektronika melibatkan koordinasi antara kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor dengan kondisi fisik lingkungan kerja secara interaktif.


Mata Pelajaran Menguasai Teori Dasar Elektronika di SMKN 39 Jakarta

Undang Undang  Sistem Pendidikan Nasional (UU SPN) No 20 tahun 2003 pasal 3 mengenai Tujuan Pendidikan Nasional dan penjelasan pasal 15 yang menyebutkan bahwa  pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.

Selain itu merujuk pada Peraturan Pemerintah  No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan bahwa lingkup standar nasional pendidikan   meliputi : Standar Isi, Standar Proses, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Pendidik  dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan; dan Standar Penilaian Pendidikan.

Tujuan pendidikan SMK adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
SMK Negeri 39 Jakarta  merupakan lembaga diklat yang terpadu, mandiri dan profesional dalam bidang teknologi dan industri berstandar Nasional menuju Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) dengan tidak meninggalkan jati diri bangsa.

Pada Struktur Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah berisi sejumlah mata pelajaran yang harus disampaikan kepada peserta didik. Mengingat perbedaan individu sudah barang tentu keluasaan dan kedalamannya akan berpengaruh terhadap peserta didik pada setiap satuan pendidikan. Pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Menguasai Teori Dasar Elektronika merupakan salah satu mata pelajaran kelompok produktif.

Mata pelajaran ini mulai diimplementasikan pada kurikulum SMK edisi 2004 sampai diterapkannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Mata Pelajaran dengan kode ELKA-MR.UM.001.A ini  berisi materi dan informasi tentang dasar – dasar elektronika terutama yang terkait dengan penggunaan komponen elektronika yang dapat diukur dengan menggunakan alat ukur multimeter. Mata pelajaran ini memiliki kompetensi dasar diantaranya yaitu :
Penggunaan alat ukur multimeter dijelaskan sesuai dengan fungsi utamanya, menganalisis komponen elektronika dijelaskan dengan penggunaan komponen elektronika dalam teknologi bidang elektronika, mengidentifikasi troubleshooting elektronika dijelaskan dengan berbagai masalah dalam rangkaian, mengidentifikasi rangkaian elektronika dijelaskan sesuai dengan prinsip rangkaian yang disusun secara seri dan paralel dalam rangkaian dan mengidentifikasi karaktertistik komponen elektronika berbasis optik dijelaskan sesuai dengan jenis dan fungsi komponen.

Maka dapat disimpulkan bahwa hakikat mata pelajaran menguasai teori dasar elektronika adalah memberikan bekal kemampuan dasar dibidang keterampilan dasar elektronika untuk materi tingkat lanjutan di SMK, memupuk daya kreasi dan kemampuan bernalar siswa dengan praktik-praktik yang dilakukan, serta membantu siswa memahami gagasan atau informasi baru yang terdapat dalam teori melalui praktik.


Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan berasal ari istilah bahasa Action Research. Dari namanya sudah menunjukkan isi yang terkandung di dalamnnya, yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas. Dikarenakan ada tiga kata yang membentuk pengertian tersebut, maka tiga pengertian yang dapat diterangkan.
Penelitian ; menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
Tindakan ; menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian ini dirancang rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.
Kelas ; dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Yang dimaksud kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.

Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata inti, yaitu (1) penelitian, (2) tindakan dan (3) kelas, segera dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan guru yang dilakukan oleh siswa.
Penelitian tindakan merupakan pengembangan penelitian terpakai atau applie research, dalam hal ini peneliti bersifat sebagai :
Pameran aktif kegiatan pokok;
Agen perubahan atau agent of change;
Subjek atau objek yang diteliti memperoleh manfaat dari hasil tindakan yang diberikan secara terencana oleh si peneliti.

Penelitian tindakan secara garis besar, peneliti pada umumnya mengenal adanya empat langkah penting, pengembangan plan (perencanaan), act (tindakan), observe (pengamatan), dan reflect (perenungan) atau disingkat PAOR yang dilakukan secara intensif dan sistematis atas seseorang yang mengerjakan pekerjaan sehari-harinya. Keempat langkah penting tersebut dapat diuraikan secara singkat seperti berikut :
Rencana
Rencana merupakan serangkaian tindakan terencana untuk meningkatkan apa yang telah terjadi.
Tindakan
Langkah kedua yang perlu diperhatikan adalah langkah tindakan yang terkontrol secara seksama. Tindakan dalam penelitian tindakan harus hati-hati dan merupakan kegiatan praktis yang terencana.
Observasi
Observasi pada penelitian tindakan mempunyai fungsi mendokumentasi implikasi tindakan yang diberikan kepada subjek.
Reflektif
Langkah reflektif merupakan sarana untuk melakukan pengkajian kembali tindakan yang telah dilakukan terhadap subjek penelitian dan telah dicatat dalam observasi.

PTK merupakan penelitian yang dianjurkan untuk dilakukan guru. Dalam Permendiknas No. 16 Tahun 2007 disebut kan sebagai salah satu kompetensi guru mata pelajaran dalam mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. Berbeda dengan penelitian lainnya, maka PTK bertujuan memecahkan masalah pembelajaran yang dihadapi guru di kelas.secara profesional. Tanpa ada masalah pembelajaran yang nyata di kelasnya, maka tak perlu dilakukan PTK oleh guru.

Setelah satu siklus dilalui, yakni setelah satu indikator tercapai, maka guru melaku kan refleksi  dari hasil yang diperolehnya. Teman sejawat diminta memberi masukan berdasarkan instrumen pengamatan yang telah disepakati lebih dahulu dan komentar atas tindakan pembelajaran yang telah dilakukan guru. Diskusikan langkah perbaikan yang harus dilakukan guru pada siklus berikutnya. Demikian pula diskusikan hasil tes prestasi siswa dengan membandingkan KKM yang ditetapkan sekolah, dan masukan siswa tentang pembelajaran yang dilakukan dari instrumen yang diedarkan.

Tujuan diskusi  ini adalah untuk memperbaiki perencanaan pada siklus berikutnya. Oleh sebab itu, sebaiknya pada tahap refleksi ini dapat diajak diskusi atasan langsung dan teman sejawat terkait agar diperoleh refleksi yang sesungguhnya.

Jadi pada siklus berkutnya, yakni pencapai an indikator kedua, maka guru harus memperbaiki perencanaan PTK sesuai masukan. Ada kemungkinan, masukan yang diterima guru menuntut diadakan pengulangan kembali materi siklus pertama. Tetapi perlu difikirkan waktu yang ditetapkan sekolah di silabus, dan hak anak yang telah berhasil dalam siklus pertama.

Untuk itu, diawal siklus kedua, guru perlu menyampaikan hasil refleksi siklus pertama kepada murid, dan memberi tugas remedial siswa yang kurang berhasil. Intinya PTK tidak boleh menjadi alasan tidak tercapainya isi kurikulum sekolah, karena perlu pengulangan materi. Yang perlu diperbaiki adalah cara menangani guru dalam kegiatan pembelajaran agar siswa berhasil.


KERANGKA BERPIKIR

Di SMK terdapat mata pelajaran produktif yaitu sebuah mata pelajaran yang memadukan antara pengetahuan teori yang akan diaplikasikan dalam praktik. Seseorang siswa harus mengetahui apakah tujuan yang ingin dicapai dalam suatu pembelajaran baik teori maupun praktik. Hal itu dapat terlihat dari Silabus dan RPP yang dibuat oleh guru.

Belajar yang bermakna dapat berlangsung bila anak didik berperan secara aktif dalam proses belajar mengajar, sehingga anak mempunyai pengalaman sendiri dalam menerima pengajaran. Dengan demikian kegiatan belajar mengajar tidak lagi bersifat ”teacher centered” (berpusat pada guru) dan buku tetapi menjadi student centered” (berpusat pada murid).

Hal tersebut sesuai dengan pembelajaran konstruktivisme, siswa harus aktif secara mental untuk membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Pembelajaran konstruktivisme lebih memfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka.

Metode belajar tuntas adalah proses belajar mengajar yang bertujuan agar bahan ajaran dikuasai secara tuntas, artinya dikuasai sepenuhnya oleh siswa. Pembelajaran tuntas dalam KTSP adalah pendekatan dalam pembelajaran yang mempersyaratkan siswa menguasai secara tuntas seluruh standar kompetensi maupun kompetensi dasar mata pelajaran.

Harapan dari proses pembelajaran dengan pendekatan belajar tuntas adalah untuk mempertinggi rata-rata prestasi siswa dalam belajar dengan memberikan kualitas pembelajaran yang sesuai, bantuan, serta perhatian khusus bagi siswa-siswa yang lambat agar menguasai standar kompetensi atau kompetensi dasar.

Menguasai teori dasar elektronika mempunyai Standar Kompetensi dimana siswa dituntut untuk menguasai dasar-dasar elektronika karena masalah elektronika merupakan masalah yang berwujud abstrak sehingga untuk menyesuaikannya perlu penjelasan dari bentuk abstrak menjadi bentuk konkret yang dapat diukur. Tidak semua teori dapat dipraktikkan karena terbentur oleh berbagai alasan seperti keterbatasan waktu dan sarana prasarana disekolah, oleh karena itu diperlukan belajar tuntas dan kepiawaian guru dalam mengembangkan maetode pengajaran terutama dalam praktikum.
Berdasarkan kenyataan tersebut, maka guru dituntut untuk menciptakan pembelajaran yang praktis bagi murid. Pembelajaran praktik yang disediakan harus dapat menunjang kognitif siswa. Peneliti menduga bahwa penguasaan teoritik dasar elektronika dapat ditingkatkan melalui hasil praktikum. 


METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Oktober 2009. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 39 Jakarta di kelas X EI 2 (satu elektronika industri dua), jumlah siswa X EI 2 adalah 32 siswa dan terdiri dari 32 siswa laki -laki dengan kemampuan siswa yang heterogen. Proses pembelajaran Mata Pelajaran Menguasai Teori Dasar Elektronika lebih banyak menggunakan tempat di bengkel elektronika dari pada di dalam ruang kelas.

Sasaran Penelitian adalah meningkatkan kualitas pembelajaran guna memperbaiki dan meningkatkan mutu proses belajar mengajar antara guru dengan siswa kelas X EI 2 melalui penugasan dalam Job Sheet agar siswa bisa berpikir secara konstruktivisme yaitu membangun struktur pengetahuannya sendiri.

Adapaun rencana tindakan program yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran Mata Pelajaran Menguasai Teori Dasar Elektronika di tingkat SMK direncanakan dalam empat kali pertemuan (empat siklus) untuk setiap indikator.


HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Nilai rata-rata siswa pada siklus I adalah 73 dengan tingkat kelulusan siswa sebesar 81 %. LPGK (Lembar Pengamatan Guru Kolaborator) yang diamati oleh pengamat 76% untuk cara mengajar guru. Dan hasil dari kuesioner siswa pada siklus I dinyatakan puas dengan rata-rata keseluruhan 3,2 yang mengindikasikan bahwa masing - masing siswa puas dengan kegiatan praktikum.

Pada siklus I guru masih belum terbiasa menghadapi situasi dalam kelas, sehingga dalam pembelajaran pada saat praktikum masih kurang merespon siswa-siswa yang bermasalah dalam pembelajaran.

Hasil refleksi tindakan siklus II dapat terlihat dari nilai rata-rata siswa adalah 75 dengan KKM = 70 dan tingkat kelulusan siswa sebesar 84 %. LPGK yang diamati oleh pengamat mendapat nilai 84 % untuk cara mengajar guru. Dan Hasil dari kuesioner siswa pada siklus II dinyatakan puas dengan rata-rata keseluruhan 3 yang mengindikasikan bahwa masing - masing siswa puas dengan kegiatan praktikum. Namun ada penurunan hasil dari siklus I  ke siklus II dari 3,2 menjadi 3.

Guru sudah terbiasa dalam menghadapi situasi dalam kelas, sudah bisa melihat siswa-siswa yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran, setiap kelompok dapat berdiskusi dengan baik dalam mengerjakan penugasan yang ada dalam Job Sheet.

Hasil refleksi tindakan siklus III dengan nilai KKM = 70. Nilai rata-rata siswa adalah 78 dengan tingkat kelulusan siswa sebesar 84 %. Job sheet dengan indikator ketiga menjelaskan cara menguji dioda. LPGK yang diamati oleh pengamat 90 % untuk cara mengajar guru. Dan   hasil kuesioner siswa pada siklus III dinyatakan puas dengan rata-rata keseluruhan 3, maka terdapat kenaikan hasil kueisoner pada siklus II dari 3 menjadi 3,2.

Dengan adanya apresiasi maka siswa di uji tingkat kepahamannya mengenai materi sebelumnya dengan diberikan pengayaaan didalamnya. Kegiatan praktikum dapat dilaksanakan dengan baik, karena masing-masing siswa merasa tertarik mengenai praktik yang dilakukan. Masing- masing kelompok dapat mengerjakan penugasan yang ada dalam Job Sheet dengan berdiskusi.

Hasil refleksi tindakan siklus IV menunjukkan bahwa mengembangkan teori berdasarkan penguasaan praktik menunjukkan proses perbaikan dalam proses pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Pengajar sudah banyak melakukan perbaikan pada siklus IV ini. Pada saat pembelajaran siklus IV siswa sudah aktif dan mereka mulai mendiskusikan jobsheet pengukuran kaki-kaki transistor pada kelompok mereka masing-masing. Pada siklus IV KKM = 70, dan nilai rata-rata siswa adalah 78 dengan tingkat kelulusan siswa sebesar 87 %. LPGK yang diamati oleh pengamat 90 % untuk cara mengajar guru. Dan kepuasaan siswa dalam praktikum pengukuran kaki -kaki transistor pada siklus IV ini dinyatakan puas dengan rata-rata keseluruhan 3, maka terdapat kenaikan hasil kueisoner pada siklus II dari 3,2 menjadi 3,3.

Terjadinya peningkatan cara mengajar guru dari siklus I, II, III sampai IV. LPGK yang diamati oleh pengamat mendapat nilai 96 % untuk cara mengajar guru. Nilai dari hasil rata-rata kelas adalah 77 dengan tingkat kelulusan siswa 87 %.  

Hasil penelitian tindakan kelas ini dinyatakan berhasil karena terjadinya perbaikan nilai dan minat siswa untuk mempelajari materi-materi yang telah diberikan pengajar  dibandingkan dengan nilai pada semester sebelumnya. Guru menilai keberhasilan itu dari tercapainya kompetensi dasar dalam RPP. Jika dari semua siklus yang mengukur indikator telah tercapai, maka kompetensi dasar dapat disimpulkan berhasil.


KESIMPULAN

Pembelajaran dengan menggunakan metode penguasaan teoritik dasar elektronika melalui hasil praktik dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan psikomotorik siswa, dan menuntut siswa untuk dapat mengusai kompetensi yang akan dicapai. Dalam pembelajaran Menguasai Teori Dasar Elektronika dengan pendekatan kontruktivisme dan belajar tuntas maka,  siswa dapat mencari berbagai informasi untuk meningkatkan kemampuan teoritiknya, sedangkan dengan metode belajar tuntas maka bahan ajar diharapkan dapat sepenuhnya dikuasai oleh semua siswa secara tuntas dengan seluruh standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran.

Penerapan penguasaan teoritik dasar elektronika melalui hasil praktik di kelas X EI 2 (satu elektronika industri dua) SMK Negeri 39 Jakarta selama pelaksanaan dari siklus I sampai siklus IV memperlihatkan adanya peningkatkan hasil belajar Menguasai Teori Dasar Elektronika

Pada siklus I kegiatan yang dirancang oleh peneliti adalah dengan penerapan Job Sheet menentukan nilai resistansi resistor melalui pembacaan kode warna dan membandingkannya dengan hasil pengukuran, nilai rata-rata siswa adalah 73  dengan tingkat kelulusan 81 %.

Pada siklus II dengan Job Sheet menentukan nilai kapasitansi kondensator berdasarkan kode angka dan huruf serta membandingkannya dengan hasil pengukuran, nilai rata-rata siswa 75 dengan tingkat kelulusan siswa sebesar 84 %.

Pada siklus III dengan Job Sheet mengidentifikasi berbagai jenis dioda, nilai rata-rata siswa adalah 78 dengan tingkat kelulusan siswa sebesar 84 % dan pada siklus IV dengan Job Sheet penentuan kaki - kaki transistor, nilai rata-rata siswa adalah 77 dengan tingkat kelulusan 87 %.

Peningkatan hasil belajar siswa tersebut diperoleh dari kerja sama antara guru dan siswa dalam pembelajaran menggunakan metode penguasaan teoritik dasar elektronika melalui hasil praktik, yaitu pada siklus I hasil pengamatan untuk guru sebesar 76 %, dan siswa sebesar 75 %, siklus II hasil pengamatan untuk guru sebesar 84 % dan siswa 78%, siklus III hasil pengamatan untuk guru sebesar 90 % dan siswa 80 %, dan pada siklus IV hasil pengamatan untuk guru sebesar 96 % dan siswa 82%.

sBerdasarkan hasil prosentase hasil rata-rata nilai siswa dan pemantauan siklus dapat disimpulkan bahwa penguasaan teoritik dasar elektronika melalui hasil praktik dapat meningkatkan hasil belajar siswa.


DAFTAR PUSTAKA

Akhmad Sudrajat. 2008. “Teori-teori Belajar”, Jurnal Ilmu Pendidikan,(Online),     http://akhmadsudrajat.wordpress.com  (diakses 15 Agustus 2009).

Bambang Dharmaputra, “ Penyusunan Silabus dalam KTSP SMK,”Jurnal Pendidikan, vol.3, No.4, 1-10 ( Jakarta, April 2008).

Bobbi Deporter dan Mike Hernacri. (2005) Quantum Learning. Bandung: Kaifa PT Mizan Pustaka.

Ella Yulaelawati. (2004) Kurikulum dan Pembelajaran: Filosofi, Teori dan  Aplikasi. Jakarta: Pakar Raya.

Nana Sudjana. (2005) Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosda Karya.

Suharsimi Arikunto dkk. (2007) Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Kunandar . 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta : Grafindo.

Owen Bishop. 2004. Dasar-dasar Elektronika. Terj. Irzam Harmein. Ed. Hilarius WH, Jakarta: Erlangga, 2004

Paul Fay, Roy Pickup, dkk. Pengantar Ilmu Teknik Elektronika. Terj. Ignatius Hartono. Jakarta: Gramedia, 1985

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2005) Mengenal dan Mengidentifikasi Komponen Elektronika,  Jakarta: Depdiknas

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2005) Mengenal Komponen Elektronika,  Jakarta: Depdiknas